Oleh : N
Sore ini awan mengabu, malam kian sunyi, fajar kian dinggin, serta ombak yang kian riuh pada hati, angin datang mempora porandakan rasa yang kian tersungkur, hujan deras membagi kemelut sepi pada hati, serta semesta yang ingkar akan janji.
Hari itu aku seperti debu yang di terbangkan angin, lupa arah, lupa rumah. Mungkin pulla seperti ombak gaduh, menghempasku keras keras ke bukit karang, atau seperti tumpukan rasa yang terbanting, tanpa tuan, sia sia, percuma.
Aku mencintaimu… Ya walau seharusnya kata itu tak pantas lagi ku ucapkan kembali, anggap saja itu adalah yang terakhir kuucap. Cinta memang perihal datang juga pergi dan memang seperti itulah cara kerjanya. aku tidak ingin sakit hati pada ini, karena bagiku mencintaimu bukan sebuah kesalahan, biar ku anggap semua adalah proses mendewasakan cinta atasmu dan aku.
Bodohnya aku memang, dengan penuh yakin pada semesta mencintaimu lalu menyatakannya padamu, yang jelas jelas dari awal aku harus menyadari kamu tak menyimpan perasaan yang sama denganku. Aku memang iri pada wanita yang kali ini ku pandang sebagai seseorang yang paling beruntung memiliki perasaan atasmu, dirindukan oleh kamu, dan yang pasti di cintai oleh kamu.
Perempuan mana yang paling beruntung, yang di ucapkan selamat malam menjelang tidurnya, perempuan yang kau sebut pada doa doamu, perempuan beruntung yang menjadi alasan atas tawamu, dan semoga tuhan menaruh keberuntungan atasmu memilikinya.
Kadang rencana semesta tidak selalu indah, sama halnya senja. Jika memang telah saatnya saya gagal mungkin saya memang harus pulang. apakah semesta telah menetapkan ini sebagai akhir dari cerita?, kuharap tidak! Tapi entahlah!, kuharap masih ada bab selanjutnya antra aku dan kau.. Tapi saya sangat ragu atas itu. Ending ceritanya trlalu cepat. hingga sakitnya sanggat tiba2, tiba2 hilang, tiba2 patah, lalu terluka begitu saja.
Cerita kita telah usai, lengkap dengan segala kenangannya. Sudah saatnya pulang pada rumah masing2, karena nyatanya aku telah menyerah, ingat menyerahku bukan karena aku tak lagi cinta, tapi karena ada hati yang harus ku selamatkan, kau tau? Jatuhcinta sendirian cukup membuatku kewalahan, untuk itu aku berhenti.
Salahnya Tak satu mendungpun ku tanyai tentang perasaanmu untukku. Ketika badai benar2 datang, Ternyata sesebentar ini aku memilikimu dan hari ini aku telah kehilanganmu. Atau bahkan selama itu aku tidak pernah memilikimu? Entahlah.
Pada paragraf ini aku telah mengikhlaskanmu.
Mulai sekang…
Aku tidak bisa menemani langkahmu lagi
Kamu hati2 ya…
Tinggalkan Komentar