Oleh : N
Semsta menghadirkan senja yang setia datang setiap hari untuk siapa saja yang ingin mengadu, seperti aku yang banyak bercerita tentang kau misalnya. Tentang aku yang tengah mengkagumimu, aku yang kian senang memataimu, aku yang kian rindu bersua denganmu, aku yang selalu malu pada sepasang matamu, dan segala banyak cerita tentang canduku padamu.
Dari jutaan manusia yang tercipta, tuhan memilih kamu yang menjadi pemilik atas rasaku. Yang harus kau tau hari ini, esok atu mungkin seterusnya aku telah memvonis diriku jatuh cinta kepadamu, kau tau hari ini aku adalah pemilik segala macam varian rasa, dari rasa cinta, suka, serta rasa indah yang indahnya melebihi jingga sore, tapi aku juga memiliki rasa takut yang pekatnya melebihi malam tanpa purnama, juga rindu yang teramat pilu menuntut temu.
Hay kamu laki laki pemilik mata sendu. Mata yang jelas membuat tatapan pertama menjadi definisi bahagia, entah apa yang di kehendaki semesta dan seisinya membuat aku harus kembali menulis surat untukmu, di dalam secarik kertas putih ini semesta, lautan biru, fana jingga sore, serta tuhan yang maha mendengar kunyatakan perasaanku atas dirimu. Semoga kau berkenan ku panggil kekasihku.
Pernyataan ini tentu tidak hanya rasa bahagia yang menyertai, tapi perasaan takut akan kau tak memiliki rasa yang sama terhadapku turut serta menghantar. Ketahuilah kau pemilik mata yang telah membuatku jatuh, setidaknya aku hanya ingin cintaku dapat berteduh sebelum ia menemui malam saat pulang mencari rumah. Ketahuilah laki laki pemilik atas hati, jika kau merasa dunia ini tak lagi memberimu ruang, jika mentari tak lagi memberimu nyala, jika malammu terasa semakin sunyi, jika setiap detik jam kau merasa semakin sendiri, aku di sini ada untuk berbagi ruang, memberimu nyala yang tak akan redup oleh waktu, memberimu cinta yang tak sudi lekang oleh jarak.
Dari surat ini aku harap kamu bersedia menerima cinta ku yang teramat sederhana. Sekali lagi Karena hari ini, esok, dan mungkin seterusnya hatiku serakah menuntut cinta.
Jika tidak berkenan engkau menerima, maka tinggalkan surat ini di atas meja, lantas biar ku kirim pada tuhan, karena hanya padanya aku tidak menerima penolakan.
Tinggalkan Komentar